Hari sudah malam ketika
sampai di sebuah desa. Udara disini dingin sekali melebihi udara di kota. Aku
berjalan tertatih—kehabisan tenaga akibat perjalanan ini. Perutku lapar, lapar
sekali, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku makan semenjak orang-orang itu ingin
menangkapku. Sampai akhirnya tubuhku ambruk dijalan. Kakiku tidak lagi kuat
menopang beban tubuhku. Aku pasrah, mungkin nyawaku hanya sampai sini. Jika
bisa aku tidak ingin mati, aku ingin hidup sekali lagi. Perlahan kututup
mataku—Ajaib harapan itu terkabul kala aroma sedap menyapa hidungku. Desakan
rasa lapar kembali meyerbu membuatku kembali membuatku bangkit. Kuandalkan
penciumanku menuntun pada sesuatu beraroma sedap tersebut. Hingga aku sampai
pada sebuah rumah, aroma sedap itu berasal dari sini. Aku langsung memasuki
rumah tersebut dan mendapati seekor kalkun panggang tersaji indah di meja
makan. Mataku berbinar, langsung kupacu kakiku menaiki meja makan dan menyantap
kalkun tersebut. Aku menikmatinya hingga air mataku berlinang, namun hanya untuk
seseorang menatapku dengan berang di ujung sana. Ia berlari ke arahku dengan
tangannya mengacung-acungkan sapu. Sontak aku berlari turun dan menjauh dari
jangkauan orang itu. Namun rupanya orang tersebut mengejarku dan kini mulai
melemaparkan barang-barangnya, aku terus menghindar. Orang tersebut masih terus
mengejarku, mungkin ia belum puas sebelum menangkap dan menghabisiku. Aku
berlari tak tentu arah dan tidak fokus hingga tidak sadar sebuah truk melaju
kearahku dan kemudian meghantam tubuhku. Tubuhku terpantal jauh, darah
merembas, aku tidak bisa merasakan tubuhku. Napasku tersengal, aku mendengar
langkah kaki mendekatiku—mungkin orang yang tadi mengejarku. Ia menginjak
kakiku dan menendang tubuhku dan berkata,
“Rasakan itu, kucing
sialan!”
Sekali lagi kakinya
menendangku, lalu ia berlalu pergi. Dasar manusia biadap—aku kehilangan
kesadaranku.
Bersambung
Hi Namuuu... Ternyata si tokoh adalah kucing 🐱 😁
BalasHapusHai jugaa.... Hehehe iya aku bikin tokohnya kucing, biar kita bisa ngerasain jadi kucing itu gimana sih, hehehe.
HapusBerhasil mengecohku dg plot twist. 😁 Dan di sini cara ngasih plot twistnya udah bener, bukan yg ujug-ujug meluntir, tapi dikasih clue meski samar. Di cerita ini, clue-nya di "mengandalkan penciumanku". That's good. Jujur, aku nggak nyangka kalo tokohnya kucing. 😂
BalasHapusKalau boleh, aku mau ngasih masukan. Pertama-tama soal editing. Masih ada kata depan "di" dan "ke" yg masih disambung dg kata dasarnya. Yg kedua, saltik bertebaran. Yg ketiga, kata tidak baku (atau ini saltik?): terpantal, merembas, biadap.
Yang kedua, perkaya deskripsi, misalnya pada bagian kalkun yg lezat itu, buat sampai pembaca ikut ngiler, ikut merasakan emosi tokoh yg nyaris mati kelaparan itu. Atau pada bagian tuan rumah mengejar si tokoh, buat jadi lebih menegangkan. Gunakan teknik showing di bagian ini.
Aku kurang paham soal blogspot, tapi kalau bisa nulisnya dibedakan paragrafnya, supaya lebih nyaman dibaca.
Selebihnya bagus. Idenya antimainstream dg sentuhan plot twist yg nggak tertebak. Semangat nulisnya yaaa. 😍
Maaf kalau ada yg kurang berkenan dari komen ini. 🙏
wahh, terimakasih sarannya. Sangat membantu sekali :)
Hapus