Minggu, 09 Oktober 2022

Kakek Jagung dan Ouyen

 


Hari sudah malam ketika sampai di sebuah desa. Udara disini dingin sekali melebihi udara di kota. Aku berjalan tertatih—kehabisan tenaga akibat perjalanan ini. Perutku lapar, lapar sekali, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku makan semenjak orang-orang itu ingin menangkapku. Sampai akhirnya tubuhku ambruk dijalan. Kakiku tidak lagi kuat menopang beban tubuhku. Aku pasrah, mungkin nyawaku hanya sampai sini. Jika bisa aku tidak ingin mati, aku ingin hidup sekali lagi. Perlahan kututup mataku—Ajaib harapan itu terkabul kala aroma sedap menyapa hidungku. Desakan rasa lapar kembali meyerbu membuatku kembali membuatku bangkit. Kuandalkan penciumanku menuntun pada sesuatu beraroma sedap tersebut. Hingga aku sampai pada sebuah rumah, aroma sedap itu berasal dari sini. Aku langsung memasuki rumah tersebut dan mendapati seekor kalkun panggang tersaji indah di meja makan. Mataku berbinar, langsung kupacu kakiku menaiki meja makan dan menyantap kalkun tersebut. Aku menikmatinya hingga air mataku berlinang, namun hanya untuk seseorang menatapku dengan berang di ujung sana. Ia berlari ke arahku dengan tangannya mengacung-acungkan sapu. Sontak aku berlari turun dan menjauh dari jangkauan orang itu. Namun rupanya orang tersebut mengejarku dan kini mulai melemaparkan barang-barangnya, aku terus menghindar. Orang tersebut masih terus mengejarku, mungkin ia belum puas sebelum menangkap dan menghabisiku. Aku berlari tak tentu arah dan tidak fokus hingga tidak sadar sebuah truk melaju kearahku dan kemudian meghantam tubuhku. Tubuhku terpantal jauh, darah merembas, aku tidak bisa merasakan tubuhku. Napasku tersengal, aku mendengar langkah kaki mendekatiku—mungkin orang yang tadi mengejarku. Ia menginjak kakiku dan menendang tubuhku dan berkata,

“Rasakan itu, kucing sialan!”

Sekali lagi kakinya menendangku, lalu ia berlalu pergi. Dasar manusia biadap—aku kehilangan kesadaranku.


Bersambung

4 komentar:

  1. Hi Namuuu... Ternyata si tokoh adalah kucing 🐱 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai jugaa.... Hehehe iya aku bikin tokohnya kucing, biar kita bisa ngerasain jadi kucing itu gimana sih, hehehe.

      Hapus
  2. Berhasil mengecohku dg plot twist. 😁 Dan di sini cara ngasih plot twistnya udah bener, bukan yg ujug-ujug meluntir, tapi dikasih clue meski samar. Di cerita ini, clue-nya di "mengandalkan penciumanku". That's good. Jujur, aku nggak nyangka kalo tokohnya kucing. 😂

    Kalau boleh, aku mau ngasih masukan. Pertama-tama soal editing. Masih ada kata depan "di" dan "ke" yg masih disambung dg kata dasarnya. Yg kedua, saltik bertebaran. Yg ketiga, kata tidak baku (atau ini saltik?): terpantal, merembas, biadap.

    Yang kedua, perkaya deskripsi, misalnya pada bagian kalkun yg lezat itu, buat sampai pembaca ikut ngiler, ikut merasakan emosi tokoh yg nyaris mati kelaparan itu. Atau pada bagian tuan rumah mengejar si tokoh, buat jadi lebih menegangkan. Gunakan teknik showing di bagian ini.

    Aku kurang paham soal blogspot, tapi kalau bisa nulisnya dibedakan paragrafnya, supaya lebih nyaman dibaca.

    Selebihnya bagus. Idenya antimainstream dg sentuhan plot twist yg nggak tertebak. Semangat nulisnya yaaa. 😍
    Maaf kalau ada yg kurang berkenan dari komen ini. 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahh, terimakasih sarannya. Sangat membantu sekali :)

      Hapus

How to Find Love by your MBTI

MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) is a tool to identify a person's personality type. It can help you understand yourself and others be...